Pengamatan ini, dilakukan saat sedang melakukan workshop Sap Flow Meter di Universitas Padjadjaran pada tahun 2018.
Tujuan dari pengamatan ini, untuk melihat bagaimana pola penggunaan air dari tanaman mangga, serta apakah bisa dikorelasikan dengan kelembaban air tanah.
Tanaman yang digunakan, adalah bibit mangga yang ditanam di dalam karung. Sensor kelembaban tanah (soil moisture) di pasang di sisi karung, pada kedalaman 15 & 30 cm dari muka tanah.
Sensor Sap Flow, dipasang pada jarak 20 cm dari atas tanah. Instalasi dapat dilihat pada gambar ini.
Sap Flow Meter & Soil Moisture Meter menggunakan produk dari ICT International, Australia.
Pada gambar ini, terlihat bahwa grafik sap (getah) dari tanaman, relatif datar & tidak menunjukkan aktivitas yang berarti. Hingga pada jam 7 pagi, saat tanaman terkena sinar matahari & memulai proses fotosintesisnya.
Pada gambar ini, terlihat bahwa, kelembaban air tanah relatif lebih tinggi pada kedalaman 30 cm, dibandingkan 15 cm. Grafik kelembaban air tanah ini, juga cenderung datar, tidak ada aktivitas. Hingga jam 7 pagi, kelembaban air tanahnya, mulai turun.
Dari 2 grafik diatas, dapat terlihat bahwa pada jam 7 pagi, saat proses fotosintesis dimulai, tanaman menggunakan air yang ada di dalam tanah.
Apabila pengamatan ini dilanjutkan, maka akan dapat terlihat, berapa banyak air yang digunakan pada 1 hari tersebut, juga seberapa besar penurunan kadar air di dalam tanah tersebut.
Ide pengamatan lainnya :
- Membandingkan efektivitas penggunaan air dari 2 varietas mangga yang berbeda
- Melihat perbandingan efektivitas penggunaan air tanaman pada komposisi tanah yang berbeda
Pada titik kelembaban air tanah berapa %, tanaman mulai kesulitan untuk mengambil air di dalam tanah