Alat Riset Pertanian
  • Home
  • About Us
  • Products
    • Soil
    • Plants
    • Environment
    • Internet of Things
  • Solutions
    • Pemuliaan
    • Kekeringan
    • Kehutanan
    • Greenhouse
    • Hortikultur
    • Irigasi & Fertigasi
    • Fisiologi
    • Perkebunan
  • Case Studies
  • News and Events
  • Contact Us
  • Search
  • Menu Menu

Bahan Organik Tanah: Penentu Kesuburan yang Mulai Dilupakan

17 June 2025/0 Comments/in Knowledge/by arp_admin2
128

Bahan organik tanah (Soil Organic Matter/SOM) ibarat “jiwa” dari kesuburan tanah. Ia bukan sekadar sisa tanaman atau pupuk kandang yang membusuk, tetapi sumber kehidupan bagi jutaan mikroorganisme yang menopang kesehatan tanah.

Namun kenyataannya, kandungan bahan organik di sebagian besar lahan pertanian Indonesia berada di titik kritis, jauh di bawah batas ideal. Artikel ini membahas status SOM di Indonesia, penyebab penurunannya, dan bagaimana mengembalikannya ke tingkat yang sehat dan produktif.

Apa Itu Bahan Organik Tanah dan Mengapa Penting?

Bahan organik tanah mencakup:

  • Sisa tanaman dan hewan yang membusuk

  • Mikroorganisme tanah (hidup dan mati)

  • Humus, yaitu senyawa organik stabil hasil dekomposisi lanjutan

Fungsi utama SOM:

  • Menyimpan dan menyuplai unsur hara

  • Meningkatkan struktur tanah dan aerasi

  • Meningkatkan kapasitas menahan air (water holding capacity)

  • Menjadi habitat mikroba tanah yang bermanfaat1

Tanah dengan SOM tinggi cenderung lebih subur, tahan erosi, dan responsif terhadap pupuk.

Status Kandungan SOM di Indonesia

Berdasarkan laporan Balai Penelitian Tanah (Balittanah), sebagian besar lahan pertanian di Indonesia memiliki kandungan bahan organik di bawah 2%2, yang termasuk kategori:

Kandungan SOM Kategori
< 1% Sangat rendah
1–2% Rendah
2–3% Sedang
>3% Tinggi–baik

🔍 Di banyak wilayah Jawa, Sumatra, dan Bali, kandungan SOM rerata hanya 1–1,5%—jauh dari ideal.

 

Mengapa Kandungan SOM Terus Menurun?

  1. Penggunaan Pupuk Kimia Tanpa Bahan Organik, Fokus pada pupuk anorganik tanpa pengembalian bahan organik membuat tanah “kelaparan” karbon dan mikroba.
  2. Pengambilan Jerami dan Sisa Tanaman Berlebihan, Alih-alih dikembalikan ke tanah, sisa panen justru diambil atau dibakar, sehingga siklus organik terputus3.
  3. Intensifikasi Tanpa Rotasi Tanaman, Tanaman yang sama ditanam terus-menerus membuat tanah kehilangan diversitas input organik.
  4. Erosi dan Pencucian, Hilangnya topsoil karena erosi air menyebabkan lapisan kaya bahan organik menghilang lebih cepat4.

Dampak Kekurangan Bahan Organik

  1. Penurunan Produktivitas: Tanah miskin SOM kehilangan daya ikat hara dan air, menyebabkan pertumbuhan tanaman terganggu.
  2. Penurunan Aktivitas Mikroba: Mikroorganisme tanah, yang penting bagi fiksasi nitrogen dan pelarutan fosfat, menurun drastis.
  3. Tanah Menjadi Kompak dan Sulit Diolah: Struktur tanah memburuk, pori-pori hilang.

 

Strategi Pemulihan Kandungan Bahan Organik

1. Pemupukan Organik Berkala

Gunakan pupuk kandang, kompos, pupuk hayati, dan biochar secara rutin. Aplikasi ideal 5–10 ton/ha per musim5.

2. Inklusi Sisa Tanaman (Residue Retention)

Kembalikan jerami dan sisa panen ke tanah. Kombinasikan dengan dekomposer alami agar cepat terurai.

3. Pupuk Hijau dan Tanaman Penutup

Tanam leguminosa (kacang-kacangan, lamtoro) atau cover crop seperti Mucuna untuk memperbaiki SOM.

4. Integrasi Tanaman dan Ternak

Sistem pertanian terpadu memungkinkan pemanfaatan limbah organik ternak langsung ke lahan.

5. Monitoring dengan Analisis Tanah

Gunakan alat uji tanah atau laboratorium untuk memantau kandungan C-organik, rasio C/N, dan perkembangan SOM secara berkala.

Kandungan bahan organik tanah yang rendah adalah salah satu akar dari banyak persoalan pertanian kita hari ini. Memulihkannya bukan pekerjaan semusim, tapi investasi jangka panjang untuk keberlanjutan pangan, lingkungan, dan ekonomi petani.

“Tanah bukan sekadar media tumbuh, tapi sistem hidup yang perlu diberi makan—secara organik.”

_________________________________________________________________

Referensi

  1. Brady, N.C. & Weil, R.R. (2017). The Nature and Properties of Soils. Pearson.

  2. Balittanah (2022). Status Kesuburan Tanah Nasional Berdasarkan Parameter Bahan Organik. Kementerian Pertanian RI.

  3. Suyamto, D. et al. (2020). “Dampak Pembakaran Jerami terhadap Kandungan C-Organik Tanah”. Jurnal Agroekoteknologi, 13(1).

  4. Widiatmaka, I. et al. (2020). Analisis Risiko Erosi dan Pengaruhnya terhadap Kesehatan Tanah. Jurnal Sumberdaya Lahan.

  5. FAO (2019). Sustainable Soil Management: Soil Organic Matter and Carbon Sequestration Guidelines.

https://www.alatrisetpertanian.com/wp-content/uploads/2025/06/Bahan-Organik-Tanah.jpg 1365 2048 arp_admin2 https://www.alatrisetpertanian.com/wp-content/uploads/2024/04/logo-labodia-ict-notext.png arp_admin22025-06-17 07:43:542025-06-17 07:43:54Bahan Organik Tanah: Penentu Kesuburan yang Mulai Dilupakan
0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Search

Recent News

  • Parameter Utama dalam Kurva Retensi Air Tanah

Discover More

  • Dampak Kelembaban Udara Terlalu Rendah bagi Tanaman
  • Mengukur Kandungan Nutrisi Tanah: Nitrogen, Fosfor, dan Kalium (NPK)
  • Dasar Pengukuran Kelembaban Tanah
  • Waktu Tepat Melakukan Analisa NPK dalam Budidaya Tanaman
  • Memajukan Pertanian dengan Alat Riset Modern

Latest Solutions

  • Soil Respiration Meter23 July 2025 - 9:37 am
  • Analisa NPK Pada Pupuk Dan Tanah29 April 2025 - 7:08 am
  • Alat Ukur Klorofil Daun23 April 2025 - 2:08 am
Copyright @2024 – ALATRISETPERTANIAN.COM
Krisis Kesuburan Tanah di Indonesia: Fakta atau Alarm Palsu?Kenapa Tidak Semua Sensor Kelembaban Tanah Layak untuk Kelas Penelitian?
Scroll to top
WhatsApp us